Air asia mengubah hidupku ? YA.
Faktor utama yang jadi kendala saya ketika mendapatkan kesempatan untuk ikut
kegiatan salah satu organisasi anak muda terbesar di dunia AISEC ke india adalah terbatasnya dana yang saya
punya. Ketika dinyatakan lolos seleksi pada akhir april 2013, saya mulai
dipusingkan dengan pertanyaan besar soal biaya perjalanan, terutama tiket
pesawat. Project AIESEC yang waktu itu saya pilih adalah project tentang Rural
Development di Jaipur Rajahstan. Untuk
masalah tempat tinggal dan makanan memang tidak menjadi masalah untuk saya
karena pihak pengelola project menyediakan fasilitas itu untuk para peserta.
Awal bulan mei 2013 proses
perburuan tiket pun dimulai. Saya memang pernah mendengar soal tiket
penerbangan murah maskapai air asia sebelumnya tapi belum pernah sekalipun
mencoba untuk terbang dengan airasia, mencari tiket penerbangan termurah ke
india dengan membandingkan harga tiket dari beberpa maskapai penerbangan lokal
maupun international. Pilihan saya akhirnya jatuh pada airasia karena memang
harga airasia yang paling bisa saya sanggupi. Penerbangan saya waktu itu dari
Solo - Kuala Lumpur - India Kolkata. Ini
merupakan pengalaman pertama saya terbang dengan airasia dan juga pengalaman
pertama kali terbang ke luar negeri dengan gaya backpacker "Kere". Demi menghemat uang dalam
perjalanan, penerbangan saya dari KL - India punya waktu tunggu kurang lebih 24
Jam, saya memutuskan untuk tidur di bandara hingga waktu penerbangan
selanjutnya. Pengalaman pertama yang paling berkesan waktu itu. Dengan harga
yang begitu murah ternyata tidak mengurangi keramahan pelayanan yang didapat di
bandingkan dengan penerbangan maskapai lokal lain yang pernah saya gunakan.
Setelah sampai di Kolkata, saya masih harus mencari tiket untuk melanjutkan perjalanan
ke Jaipur. Waktu itu saya memutuskan untuk menggunakan kereta karena memang
harganya yang jauh lebih murah dibandingkan pesawat. Perjalanan dari Kolkata ke
Jaipur memakan waktu kurang lebih 27 jam
dengan kereta.
Sebelum penerbangan
dari KL- Kolkata
Suasana
Stasiun Kereta di Kolkata, India.
27 July 2013 merupakan hari
pertama project saya dimulai. Berkenalan dengan lebih dari 30 peserta yang
sebagian besar berasal dari benua biru eropa. Banyak kegiatan aktifitas yang
saya lakukan di project yang betul-betul baru dan merubah cara pandang saya,
terutama karena saya mahasiswa teknik informatika yang lebih sering beraktivitas dengan komputer harus mengisi kurang lebih 1 bulan dengan kegiatan sosial dan
pengembangan daerah kumu di sana. Mengajar anak-anak soal pentingnya pendidikan
dan kebersihan merupakan aktivitas utama yang kami lakukan di sana. Mengunjungi
sekolah dan rumah-rumah warga, bertemu orang tua dan coba untuk memberikan
mereka penjelasan tentang pentingnya
pendidikan untuk anak-anak. Kebanyakan orang tua di daerah project saya
masih berpikir bahwa pendidikan tidaklah begitu penting, terutama untuk
anak-anak perempuan. Anak-anak perempuan lebih dituntut untuk tinggal atau
bahkan mengerjakan pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarga dibandingkan
harus sekolah. Selama disana kami juga mendapat kesempatan untuk ikut upacara
hari kemerdekaan India yang jatuh pada tanggal 15 agustus, ternayata prosesi
upacara untuk sekolah di sana tidak jauh berbeda dengan di indonesia, ada sesi
makan-makan juga setelah upacara selesai. Banyak hal yang lain yang saya
lakukan disana, diantaranya mengikuti Global
Vilage, kegiatan konfrensi yang diselenggarakan oleh AIESEC India yang
memberikan kesempatan kepada masing-masing peserta untuk memperkenalkan tentang
negara asalnya. Tergabung dalam project ini semakin membuka wawasan saya soal dunia
luar, membuka kesempatan bagi saya untuk bertemu dan berkawan dengan
teman-teman dari negara lain dan sampai sekarang masih sering berkirim surat
atau sekedar pesan untuk menyakan kabar masing-masing. Melihat keadaan di sana
membuat saya semakin bersyukur apa yang saya punya sekarang, setidaknya saya
bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Suasana Salah satu private school di sana.
\
Suasana Global
Village
Project saya selesai pada
tanggal 23 Agustus. Setelah project selesai saya memutuskan untuk traveling keliling india dengan beberapa teman project.
Traveling kali benar-benar traveling "kere".
Satu yang baru saya ketahui dari teman-teman eropa, ternyata mereka lebih
memilih gaya tarveling yang hemat. Dan saya sadar untuk merasakan traveling yang sebenarnya harus pake gaya
traveling ini, traveling "kere". Tidur di stasiun bus/kereta,
mencari bus dengan budget termurah,
hotel dengan harga termurah merupakan hal wajib yang kami lakukan ketika
traveling dari satu kota ke kota yang lain.
Penyerahan
Sertifikat, last day of The Project
3 September waktunya kembali ke
indonesia dengan rute penerbangan yang sama, Kolkata - KL - Solo dengan cerita
yang masih sama, tidur dibandara KL sambil menunggu penerbangan ke solo. Tabungan
saya selama kuliah dari mengajar sebagai asisten dosen dan freelancer
programmer memang habis ketika saya menginjakan kaki pulang ke Indonesia, tidak ada sama sekali rasa penyesalan, uang memang tidak sebanding dengan pengalaman yang didapat. Keinginan
saya untuk traveling dan menjelajah tempat baru, bertemu dan berkawan dengan
orang baru makin besar. Ya, saya masih akan terus traveling dengan gaya itu,
gaya "kere".
*Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Kompetisi
Blog 10 Tahun AirAsia Indonesia, dengan TemaBagaimana AirAsia Mengubah
Hidupmu.